Mei 05, 2011

Pelangi Untuk Langit

Desas-desus hilangnya langit dengan cepat menyebar ke seantero sekolah. Beberapa bertanya-tanya kemanakah perginya Langit. Beberapa tidak peduli, biar saja anak angkuh itu menghilang, kata mereka. Beberapa orang sedih dan sangat berduka  -terutama siswi- atas hilangnya Pangeran SMA Satelit. Guru-guru pun tentunya kehilangan siswa berprestasi itu, terlebih lagi keluarga Langit adalah penyumbang dana terbesar di sekolah SMA Satelit.

Terlahir dari keluarga kaya raya, putra tunggal pemimpin Negeri Tata Surya, Raja Awan Cerah dan Ratu Matahari Menyinari. Langit Senja sudah dipastikan akan menjadi penerus kerajaan sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Tata Surya Bab V Pasal 24 ayat 3 yang menyatakan bahwa:

“Penerus kerajaan haruslah putra kandung dari seorang raja yang bijaksana dan suka menabung, dan terlahir dari seorang ibu WNI, tidak pernah menerima kewarganegaraan lain, berusia diatas 18 tahun dan berpenampilan menarik juga mengikuti pelatihan olimpiade astronomi di sekolahnya”.

Pada Pasal 24 Ayat 4, disebutkan juga bahwa:

“Jika raja memiliki 2 anak atau lebih, akan diadakan pertandingan memetik bintang. Pertandingan dilakukan di pagi hari pada pukul 5 setelah ayam berkokok. Peserta diberi waktu 1 jam untuk memetik bintang. Barangsiapa yang dapat menemukan bintang dan membawanya ke hadapan Menteri, akan menjadi Raja setelah bintang itu diverifikasi dan dinyatakan bahwa bintang itu adalah bintang sungguhan dan/atau bukan imitasi.”

Dengan semua persyaratan ini, tentulah Pangeran Langit Senja akan secara resmi menjadi Bakal Calon Raja di usianya yang ke-18 dan menjadi raja sungguhan ketika ayahanda tercintanya meninggal dunia. Mungkin karena gelar Pangeran-Yang-Akan-Mutlak-Menjadi-Raja ini, ia bertingkah sombong dan angkuh dari luar. Padahal tidak ada yang mengetahui bahwa itu hanya untuk menjaga citra seorang pangeran, di dalam hatinya ia tetap anak yang unyu dan rajin beribadah. Itulah mengapa guru-guru begitu kehilangan, karena para guru tahu bahwa Langit sebenarnya anak yang menyenangkan. Hanya saja ia sedikit introvert dan anti sosial, itu semua hanya demi menjaga citra seorang pangeran.

Setiap kali ia melewati koridor sekolah yang gelap dan suram, lorong itu berubah menjadi bersinar bagaikan diterangi ribuan bintang gemerlap yang menyilaukan mata. Semua mata tertuju padanya bagaikan tertuju pada seorang Puteri Indonesia. Wajahnya bagaikan langit di bulan Juli, cerah dan indah. Walaupun kini musim sudah tidak tentu, tetapi Juli tetap menyenangkan karena waktu liburan tiba. Semua siswi refleks berjajar membentuk formasi dan menari seperti ketika akan menonton Dahsyat, menatap Langit tanpa berkedip. Dengan sifatnya yang angkuh, tentu ia akan terus berjalan tanpa mengindahkan sekitarnya. Mungkin sambil memainkan iPhone atau iPad atau iPod atau iP yang lainnya. Meskipun begitu, semua siswi tetap memandangi wajahnya dengan takjub. Ketenaran Langit telah tersebar ke seluruh penjuru negeri, bahkan seluruh dunia, dan bahkan mungkin seluruh galaksi bimasakti. Ia mengalahkan ketampanan Pak Prabu dalam Putri yang Ditukar yang telah memenangkan Panasonic Gobel Award. Ketampanan Langit memang luar biasa walaupun belum menandingi Nabi Yusuf, Subhanallah.

“Langit ganteng banget sich!!!! Morgan SM*SH udah gak jaman, sekarang LANGITBLAST dong!! ” jerit seorang siswi alay.

“AAAAAA wajah Langit mengalihkan duniaku” pekik yang lainnya.

Tapi seperti biasa di dalam sinetron, entah seperti BBF atau Meteor Garden. Pasti ada seorang wanita yang samasekali tidak tertarik pada Langit, dan Langit menyukainya.  Langit mengejarnya, dan wanita itu semakin jauh. Tapi akhirnya tertangkap, dan...ah, itu terlalu klise. Kisah Langit bukanlah kisah biasa.
Wanita ini tidak tertarik pada Langit, ia mengakui ketampanan Langit, tapi tidak sedikitpun ingin memujanya. Wanita ini bernama Pelangi Pagi, puteri bungsu dari Menteri Keamanan dan Pertahanan Negara. Sejak kecil Pelangi telah terlatih menjadi seorang pendekar wanita. Ia terlihat anggun, cantik, dan bertubuh mungil. Padahal ia seorang wanita kuat yang sangat jago berperang. Teman sekolahnya tiada yang tahu, bahwa sebenarnya setiap kali Negeri Tata Surya berperang, Pelangi Pagi-lah pemimpinnya. Setiap kali diwawancarai oleh TV atau TaRya Infotainment mengenai perang, ia berdandan seperti laki-laki dan mengenakan penutup wajah. Nama samarannya adalah Jupiter. Ia memilih nama itu karena planet Jupiter adalah planet terbesar di tata surya. Ia ingin suatu hari ia menjadi seseorang yang besar namanya, bukan sebagai Jupiter tetapi sebagai Pelangi Pagi.

Tentu saja hanya orang-orang yang duduk di bangku pemerintahan yang mengetahui perihal penyamaran Pelangi. Begitu pula Raja Awan Cerah, ayahanda Langit. Dengan begitu, hanya Langit yang mengetahui ini semua diantara semua warga SMA Satelit. Langit dan Pelangi telah dekat sejak kecil dan bersahabat baik. Mereka terlihat sering duduk berdua, membaca buku di perpustakaan atau semacam itu. Seluruh siswa menganggap mereka sepasang kekasih. Mereka sangat cocok bersama, pasangan sempurna yang khusus dirancang oleh surga. Tapi tiada ketertarikan diantara mereka, obrolan mereka hanya obrolan khas petinggi negara, basa-basi yang lain di mulut lain di hati. Meskipun demikian, Langit dan Pelangi telah bermain bersama sejak kecil, dan mereka sangat dekat.

Dan kini Langit hilang. Terakhir kali, pegawai istana melihat Langit pulang dari sekolah dan menutup pintu kamarnya pada pukul 13.37. Seperti biasa para dayang tidak berani menyapa, mereka hanya menunggu di luar kamar Langit untuk menunggu pesanan makan siang sang pangeran. Sore telah tiba tetapi Langit belum juga menunjukkan tanda-tanda kehidupan. Dayang senior mengetuk pintu dan tidak ada jawaban. Atas izin asisten pangeran, dayang setuju untuk membuka pintu kamar secara paksa. Sangat mengejutkan, Langit tiada didalamnya. Hanya tertulis pada secarik kertas “Aku tidak ingin dicari”.

Tanpa berlaku seperti ini pun, Langit adalah sosok yang misterius. Terlebih dengan teka-teki ini, mengapa dan kemana ia kabur.

Berita itu menyebar cepat dan sampai pula di telinga Pelangi. Entah mengapa Pelangi begitu panik dan menelpon ayahnya. Ayahnya memang ditugaskan oleh Raja Awan Cerah untuk mengerahkan pasukan mencari Langit. Seperti biasa, Pelangi ditugaskan menjadi pemimpin dalam pencarian “Langit yang Hilang”.  Untuk memulai pencarian, ia terpaksa harus menanggalkan identitasnya sebagai Pelangi. Ia pun berpura-pura jatuh pingsan dan ia dibawa pulang ke rumah. Ia segera mengganti penampilan dan memainkan perannya sebagai Jupiter.

Semua orang menaruh harapan besar pada Jupiter. Dan sepertinya ini bukan perkara sulit bagi Jupiter. Saat kamera TV menyorotnya, matanya terlihat berkilat dan walaupun mulutnya tertutup cadar hitam, semua orang dapat melihat seringainya.

Pluto, kuda tergagah di seantero negeri, berderap kencang. Penunggangnya begitu serius dan menatap jauh ke depan. Seakan mengerti isi hati Jupiter, ia mempercepat irama derap larinya, tetapi tetap waspada. Jupiter tidak membawa banyak pasukan. Hanya 4 orang panglima perang yang paling ia percaya. Saturnus, Merkurius, Uranus dan Neptunus. Belakangan ini Bumi jarang ikut ekspedisi, mungkin sakit, pengaruh global warming.

Mereka mencari ke atas, bawah, kanan, kiri, depan, belakang, tempat yang dingin, panas, luas, sempit, pengap, hingga mungkin ke ujung dunia tetapi tidak ada jejak langit. 1 hari telah terlewati tanpa ada tanda-tanda apapun.

Malam harinya, harinya Jupiter menerima e-mail dari sang ayah.                                                       
“Nak, dimana posisimu? Ayah akan kirimkan buku harian Langit, mungkin dapat membantumu. Menetaplah dulu di satu tempat. Agar tidak mencurigakan, akan ayah kirimkan atas nama Saturnus. Berhati-hatilah, doaku bersamamu.”

Pasukan kecil itupun menginap di sebuah motel kecil dan kumuh, karena mereka begitu kotor serta bau, pemilik motel tidak sadar bahwa mereka adalah pasukan negara. Mereka pun aman. Keesokan harinya, buku harian Langit tiba di motel. Sekali lagi pemilik motel tidak curiga karena dikirim atas nama Saturnus, ia tidak begitu terkenal, dan kertas pembungkusnya pun lusuh, jelek. Dibayar pun sepertinya ia takkan percaya itu bingkisan dari istana.

Pelangi langsung membuka bungkus lusuh itu, dan membuka halaman. Begitu terharunya ia, ketika melihat tulisan tangan Langit. Ia tidak pernah menyangka, tulisan tangan Langit begitu cantik. Seperti anak perempuan. Ia sangat kagum, sangat sangat kagum, pada tulisan “Milik Langit, Pangeran Langit Senja” yang tertera di halaman paling depan.

“Begitu indah, halaman pertama saja sudah memukau. Aku takkan pernah bisa menulis buku harian serapi ini.” Gumamnya dalam hati.

Dibukanya halaman berikutnya, betapa kagetnya ia ketika di halaman pertama, terdapat fotonya bersama Pangeran ketika mereka masih kecil.

“Fotoku? Kenapa aku?” Ia bertanya-tanya, masih dalam hati.

Halaman berikutnya, Langit menulis banyak hal tentang kesehariannya, kepribadiannya, pokoknya semua tentangnya. Pelangi sangat terkejut, begitu lembut hati Langit, tidak seperti yang selama ini ia bayangkan.
Buku harian itu cukup tebal, dimulai dari ketika Langit masuk SMP, dan kini ia telah berada di kelas 11. 4 tahun sudah Langit menulis buku harian. Jika Pelangi membacanya satu per satu, bulan depan baru selesai membaca, sangat membuang waktu. Ia bergegas ke halaman terakhir. 3 menit kurang ia membaca halaman itu, ia menangis haru. Tidak menyangka akan seperti itu, sedalam itu. Tidak menghabiskan banyak waktu, ia bersiap dan berlari keluar motel, menunggangi Pluto. Ia meninggalkan secarik kertas di meja kamar,

Kalian pulanglah ke kerajaan, aku akan mencari Langit sendiri. Aku berjanji akan pulang dalam 3 hari, tidak akan lebih tapi bisa kurang. Sampaikan pada orang di kerajaan, jangan cari aku jika ingin Langit kembali.
---------------------------------------------------------------------------------------------------
Pelangi masih ingat hari itu, hari dimana ia menari dalam pernikahan Bulan Sabit, putera dari Menteri Ketampanan, di balik salah satu gunung bersalju di negeri ini. Menurut kepercayaan, semua petinggi negara dan anak-anaknya haruslah menikah di balik gunung bersalju, agar janji setia sang pengantin membeku dan tak dapat pecah untuk selamanya.

Ia menari untuk pertama kalinya, merasa canggung dan kikuk. Tidak biasanya Pelangi memakai pakaian seanggun ini. Oh please, aku terbiasa menggunakan pakaian perang, gerutunya dalam hati. Tiba-tiba dari kerumunan, datang sang sahabat, Langit. Ia mendekat dan bertanya mengapa Pelangi begitu suram. Pelangi mulai menggerutu karena merasa tidak nyaman dan tidak cantik, merasa tidak pantas dengan semua dandanan ini. Langit tidak berkomentar, hanya senyum simpul yang menandakan “Memang kamu tidak pantas” yang meruntuhkan semangat Pelangi. Sebelum menghilang Langit berkata, “Semangatlah, kamu nggak seburuk itu kok.” Hanya kata-kata itu, tetapi Pelangi sangat bersemangat dan menari dengan cantik.

Keesokan harinya, Langit mengirimi Pelangi sebuah cermin. Dengan secarik kertas bertuliskan
“Bercerminlah dan kamu akan tahu.”
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Pelangi tiba. Gunung ini bersalju, tidak mungkin Pluto ia bawa serta. Lebih baik ia berjalan untuk tiba ke balik gunung ini. Ia menitipkan Pluto pada seorang kakek yang memiliki rumah di kaki gunung bersalju, dan berjanji akan kembali secepatnya.

Sudah berjam-jam Pelangi mendaki gunung tanpa lelah, ia yakin akan segera tiba. Aku akan segera tiba di balik gunung ini, di sebrang sana, sugesti itu terus ia berikan pada pikiran dan tubuhnya.  Kakinya mulai lemas dan beku, hingga akhirnya dia tiba di gerbang pembatas gunung. Setelah melalui gerbang ini, ia akan tiba di balik gunung. Tetapi ia baru mengetahui, bahwa untuk memasuki gerbang ini, ia harus mengucapkan kalimat-kalimat gombal. Dan peraturannya, kalimat ini harus buatan sendiri, jika gombalan telah dipakai orang lain untuk menggombal sebelumnya, gerbang takkan terbuka.
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------
“Langit Senja. Berdiri dan bacakan apa yang kamu buat.” panggil Ibu Bintang, guru sastra.

Seandainya sejarah memiliki bab khusus yang membahas tentang ‘KAMU’ pastilah aku ini seorang sejarawan. Karena ‘KAMU’lah sejarah terindah dalam hidupku.

Beberapa siswi berteriak pelan dan dengan greget menjerit-jerit sok imut.

“Sekarang giliranmu, Pelangi Pagi”

Cintaku padamu bagaikan sisi pada lingkaran, tidak berhingga.
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Ah, kelas sastra sangat membantuku. Jika tidak ada kelas sastra, aku akan membeku disini memikirkan gombalan apa yang harus aku ucapkan, pikir Pelangi.

Ia pun membisikkan gombalan yang mendapat nilai A itu, tetapi tiba-tiba tulisan merah dan berkedip-kedip mengejutkannya. ERROR!! Begitu bunyi tulisan besar itu.

“APA? Error? Siapa yang berani......menyebalkan sekali!!! Aku harus punya hak cipta untuk semua kata-kata gombalku. Sekarang apa yang harus aku ucapkan, aku harus masuk!” gerutunya.

Tiba-tiba terlintas sebuah ide, dan ia pun membisikkan gombalan itu ke sisi gerbang, dan seketika gerbang terbuka. Ia disambut udara segar yang sangat berbeda dari udara dingin kering yang ia rasakan di puncak gunung bersalju tadi. Pemandangannya pun luar biasa indah. Perpaduan sempurna empat musim yang menenangkan.

Beberapa gadis kecil berlari-lari gembira di sekitar sebuah pohon dan Pelangi mendekati mereka.

“Pangeran di rumah kayu kak, yang diatas pohon itu. Sudah 2 hari tidak turun-turun sejak ia sampai. Hanya mamaku membawa makanan untuknya, sisanya tidak ada yang pergi naik kesana.”
Rumah kayu, tempatku merenung setiap kali disuruh menari untuk sebuah pernikahan, kenang Pelangi. Ia bergegas menuju rumah itu. Ketika tiba, dilihatnya Langit memojok di ruang kecil itu. Menulis sesuatu pada buku yang terlihat tua.

“Pasti kamu membaca buku harianku?” tanya Langit tiba-tiba.
“Aku kira kamu tidak menyadari kehadiranku, Lang”
“Jangan alihkan pembicaraan”
“Iya aku baca buku itu, aku tahu maksudmu, makanya aku mencari kesini, aku...”
“Kamu baca semuanya? Berarti sekarang kamu tahu perasaanku”
“Aku nggak sangka sampai seperti itu.. Aku minta maaf kalau memang itu maksudmu, aku nggak tau, Lang maafkan aku”
“Oke. Sekarang jawab apa yang aku tanya minggu lalu”
-----------------------------------------------------------------------------------------------------
Perlukah aku lepaskan status “Pangeran” ini untuk meluluhkan hati Pelangi? Maafkan aku, dengan gelar ini aku tak bisa jadi seperti yang dia inginkan. Aku terlalu dingin dan angkuh dimatanya. Aku pikir ia bisa melihatku yang sesungguhnya tapi ternyata tidak. Entah canda atau apa yang tadi kau ucapkan padaku, Pelangi. Mengapa harus kau katakan hal itu. Takkan pernah kulupakan kata-kata itu. “Mana mau kuhabiskan hidupku dengan Pangeran dingin sepertimu, Lang”
Dengan sifatmu yang lucu dan ceria tentu takkan pernah kamu melirik laki-laki seperti aku. Maaf, Pelangi Pagi-ku. Aku telah terkondisi menjadi seperti ini, bukan mauku. Mungkin aku takkan pernah bisa menjadi seperti yang kau minta, tetapi aku selalu bersedia.
Pelangi tidakkah kau tahu bahwa aku begitu mencintaimu, tak pernah kulewatkan namamu dalam setiap doaku. Aku selalu memohon bahagiamu. Sejak kecil kita selalu bersama, tidakkah kau lihat kesungguhanku? Di matamu aku hanyalah seorang teman, dan selalu seperti itu. Kamu tidak pernah tahu.
Terkadang ingin aku tinggalkan saja dunia ini, agar kamu tahu rasanya merindukan aku. Tetapi aku tidak bisa, jika nanti kamu merindukan aku, lalu apa? Tidak ada sisi romantisnya sedikitpun, tidak perlu aku mati konyol. Aku akan pergi ke tempat dimana pertama kalinya aku melihatmu sebagai seorang gadis yang cantik. Bukan hanya sebagai seorang Pelangi yang ceria atau Jupiter yang tangguh. Agar memori cantiknya Pelangi membeku di pikiranku, agar aku bisa tetap menunggu sampai Pelangi datang mencariku.
Jika Pelangi benar merindukan aku, dia akan mencariku. Dan dia akan tahu kemana harus mencari.
--------------------------------------------------------------------------------------------------------
“Jawab aku dulu, Langit. Sepanjang perjalanan kemari aku merenungi beberapa hal. Yang paling mengusikku adalah cermin ini. Mengapa cermin? Mengapa kamu memintaku bercermin?”
“Agar kamu tahu betapa cantiknya dirimu. Aku curiga kamu tidak diberi cermin dirumah sehingga tidak pernah percaya diri akan kecantikanmu. Maafkan aku, aku tak terbiasa mengucapkan hal-hal macam itu, aku tidak bisa. Jadi aku hanya bisa mengirimimu barang tidak jelas dengan pesan-pesan yang rancu. Maaf” jawab Langit perlahan.
“Mengapa kamu gunakan kata-kata gombalku untuk membuka gerbang ini?”
“Kamu begitu jarang mengucapkan kata-kata manis. Ketika di kelas sastra, kamu begitu manis mengucapkan kata-kata itu sehingga ketika dituntut memberi kata-kata gombal, aku hanya mengingat kata-katamu”
“Dulu, kamu berkata Papa dan Mama memberiku nama dengan tepat. Apa maksudmu?”
“Pelangi itu indah. Kamu itu indah. Sesuatu yang indah terbit setelah sesuatu yang suram seperti hujan. Tidak mudah tersenyum setelah tangis, itu membutuhkan kekuatan. Pelangi butuh kekuatan untuk menghilangkan semua suram. Kamu adalah Pelangi yang kuat, gadis terkuat yang pernah aku temui. Dan aku berharap aku bisa menjadi Langit yang tepat untuk menaungimu, aku berharap kau mencoret hidupku dengan warna-warni pelangi yang indah.”
Pelangi pagi tersentak, begitu manisnya Langit. Tidak pernah ia sangka Langit begitu memperhatikan dia. Dari hal terkecil, Langit begitu memperhatikan. Kebiasaan Pelangi, Langit benar-benar hafal seperti itu semua adalah kebiasaannya sendiri. Pelangi baru menyadari. Ia menyesal telah berkata kasar pada Langit ketika Langit menyatakan cintanya.
“Langit, kamu ingin jawaban? Aku jawab sekarang. Ya.”
-----------------------------------------------------------------------------------------------------

MILIK LANGIT, PANGERAN LANGIT SENJA.
Buku harian baru, menandakan awal hidupku yang baru, karena mulai hari ini aku tahu, Pelangi mencintai aku.

2 komentar:

  1. Almira.. Lucu foto saat kecil ya? :)
    Oia, silakan publikasikan cerpen. Untuk yang tugas minimal satu, tapi apabila ingin memuat banyak juga silakan... lebih banyak lebih bagus. Agar lebih banyak alternatif dalam penilaian...:)

    BalasHapus
  2. Siap bu ini lagi proses kok cerpen nya :)

    BalasHapus